.:: ASSALAMU'ALAIKUM PEMBACA YANG BUDIMAN * SELAMAT MEMBACA ARTIKEL-ARTIKEL KANG FULAN YA... SEMOGA MANFAAT ::.

Minggu, 20 Februari 2011

Surau Bambu Pinggir Kali


Amboi, panas nian hari siang begini. Setiap orang lalu lalang tampaknya punya kelakuan sama denganku. Sebuah koran atau apapun yang cukup lebar dikibas-kibaskan. Kata orang jawa sumuk gak ketulungan. Tetap saja keringat itu menetes mengikuti sistem yang telah ter-install rapi di tubuhku. Bah, cari becak sajalah.

Ada aku hampiri tukang becak yang tampak cukup kuat. Aku tak mau cari yang tua, kasihan. Umur kutaksir empat puluhan, otot berisi pula. Aku dekati dan aku tawar-tawar. Ditanyanya aku hendak ke mana. Aku jawab ke desa yang di pinggir kecamatan. Mafhumlah aku si bapak tukang becak mengernyit. 

“Ya, itu desa mana? Kan banyak desa to.” 

Sak kersanipun sampean mawon lah Pak.”[i]

Beliau menggaruk-garuk kepalanya. Aku memang tak ada tujuan, musafir yang pergi kemana saja. Dan aku tak sebegitu mengenal daerah ini. Tadi hanya aku lihat nama kecamatan Sukoarjo, di bawah sebuah banner toko bangunan. Lalu aku lihat sekeliling dan menemukan sebuah bukit. Waktu aku lihat kompasku bukit itu di arah selatan. Apa aku ke sana saja? Tapi mau apa?

“Ke sana sajalah, Pak. Bukit itu.”

“Tiga puluh ribu.”

Aduh, apes nasibku. Cuma tersisa lima belas ribu saja di kantongku. Aku tawar-tawar akhirnya. Rupanya si bapak tukang becak tak mau. Aku lihat mukanya agak memerah. Tiga puluh ribu aku tawar lima belas ribu, bathi apa?![ii] beliau menghardik.

“Tak punya uang tak usah tawar-tawar becak, jalan saja!”

Allah... aku dekapkan tanganku, meminta maaf dan segera berlalu. Ya sudahlah, aku cari masjid saja dulu. Sholat dhuhur dan istirahat sebentar. Kutemukan masjid tak seberapa besar setelah jalan beberapa ratus meter. Masjid Al-Amien namanya. Aku masuk. Ah, aku sandarkan punggungku pada tiang masjid dan kutaruh tasku di sampingnya. Alhamdulillah...

Aku tilik ke dalam, o, masih ada yang wiridan[iii] di dalam. Aku segera sholat sajalah. Dan selesai sholat dan wiridan aku keluar dan duduk-duduk di serambi. Ada kulihat koran di pojokan dekat kentongan[iv]. Aku baca sepertinya tak ada yang melarang. Kubuka-buka, ternyata koran hari ini. kutilik headline utamanya, tampaknya menarik. Sebentar aku baca, astaghfirullah....

Di suatu daerah di sana ada jemaah yang diserang karena sesat.